Jumat, 06 Agustus 2010

Potret Buram Pendidikan


Sudah lebih dari setengah abad kita terlepas dari penjajahan,namun ‘’kemerdekaan’’ belum juga kita rasakan. Kemerdekaan untuk menikmati pendidikan yang merupakan fondasi dalam pembangunan nasional.

Angka putus sekolah di Indonesia cukup tinggi. Dinas pendidikan menyebutkan,angka putus sekolah di tingkat SD mencapai sekitar 500 siswa setiap tahunnya yang terdiri SD Negeri,SD Swasta, dan Madrasah Ibtidaiyah. Sedangkan di kota-kota besar tercatat 1000 lebih anak putus sekolah yang didominasi oleh anak-anak sekolah menengah pertama.

Tingginya angka putus sekolah ini disebabkan oleh kondisi ekonomi orang tua yang kurang mampu.Karenanya tidak sedikit orang tua hanya pasrah. Anak tidak sekolah pun tidak apa- apa karena,kemampuan tidak ada. Akibatnya banyak anak terpaksa tidak bisa menikmati bangku sekolah secara wajar.

Wajib Pendidikan 9 tahun yang dicanangkan pemerintah,merupakan harapan indah bagi rakyat kecil kurang mampu. Karena dengan pencanangan itu biaya sekolah akan menjadi ringan. Tetapi,kenyataannya seperti tahun ajaran sekarang,para orang tua menjerit baik untuk anak yang mau masuk sekolah maupun yang naik kelas sebab biayanya melangit. Kondisi ini perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah yang katanya ingin mencerdaskan rakyat dan mengentaskan dari kebodohan. Selain itu juga karena kurangnya kesadaran orang tua terghadap pentingnya pendidikan bagi anak. Mereka lebih suka membeli barang-barang konsumtif daripada harus menyekolahkan anak.

Jika pemerintah mau memperhatikan secara serius masalah pendidikan ini,tentunya biaya pendidikan bisa murah atau bahkan tidak dikenakan biaya bagi mereka yang benar-benar tidak mampu.Beasiswa yang diberikan pemerintah juga tidak menyelesaikan persoalan ini .Karena,beasiswa tersebut diberikan terhadap anak yang masih bersekolah saja.Seharusnya,mereka yang sudah putus sekolah mendapatkannya,sehingga mereka bisa bersekolah. Dengan demikian anak-anak bangsa yang menjadi tumpuan harapan di masa depan akan tercipta. Jadi,bukan hanya slogan atau janji belaka.

Masalah tidak berhenti disitu saja, gedung-gedung sekolah digunakan untuk mencari ilmu sudah tidak layak dihuni masih saja digunakan untuk belajar.Sudah banyak kasus robohnya gedung sekolah yang disebabkan rapuh dimakan usia. Hal ini harus diperhatikan karena menyangkut kenyamanan saat proses belajar-mengajar.Ini biasanya dialami oleh sekolah-sekolah pinggiran yang dihuni oleh siswa dengan ekonomi menengah kebawah.

Bagaimana kita akan memperbaiki pola pikir bangsa,kalau kita mau dan selalu ditindas kebodohan ketidakberdayaan,kemalasan.
kapan...? Bangsa ini akan benar-benar merdeka dari kebodohan...!

by : Fir'atussholihah

Efektifitas Kegiatan Extrakurikuler Bagi Siswa Sekolah Dasar

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang ditujukan kepada masyarakat, khususnya pada anak di usia belajar untuk mewujudkan tatanan pendidikan masyarakat menuju ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu suatu kewajiban yang di tekankan kepada para orang tua untuk bisa memasukan putra-putri mereka dalam kegiatan pendidikan tersebut. Beberapa materi pelajaran yang dipersiapkan dalam rangka memberikan bekal terhadap para peserta didik yaitu berupa pengetahuan umum yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial, matematika contohnya , merupakan suatu dasar ilmu hitung yang tidak bisa diabaikan dari masalah pokok masyarakat dalam menentukan hasil pasti yang tentunya menunjang masalah ataupun kegiatan yang berkaitan dengan perhitungan. Adapun pelajaran pokok atau yang biasa kita sebut dengan kegiatan akademis hanya merupakan pengetahuan semata.

Cukupkah kegiatan akademis yang diselenggarakan di sekolah dasar untuk menunjang keberhasilan pendidikan di jenjang tersebut? Merupakan suatu pemikiran yang umum yang biasa dipikirkan oleh tenaga pengajar atau guru di sekolah dasar. Hal ini merupakan suatu landasan untuk berfikir lebih maju yang difikirkan oleh para tenaga pendidik untuk memberikan matapelajaran extra kepada para siswanya. Mereka berfikir bahwa dengan diadakannya kegiatan yang diseleneggarakan di luar jam sekolah akan membantu memberikan bekal lebih demi masa depan para peserta didik tersebut di jenjang yang lebih tinggi.

Mari berifikir ulang tentang kondisi psikologis seorang siswa atau siswi sekolah dasar, di usia mereka memang suatu kewajiban belajar di sekolah sudah melekat di dalam diri mereka, namun tidak bisa pula kita lepaskan faktor bahwa di usia mereka masih terkait dengan masalah-masalah yang sifatnya bermain dan bermain-main, karena mereka memang anak-anak. Kondisi inilah yang harus dilihat oleh kacamata pendidik bahwa suatu kondisi belajar yang terkesan dipaksakan, meskipun siswa-siswi tersebut mengikuti dengan sukarela. Akankah proses pembelajaran ini akan efektif atau tidak? Di waktu mereka yang seharusnya pulang dari belajar di sekolah dengan menghentikan segala aktifitas belajar mereka dengan istirahat di rumah ataupun bermain menyesuaikan lingkungannya. Mereka dituntut untuk harus belajar lagi setelah belajar mata pelajaran akademis sebelumnya.

Hal yang perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan kegiatan tersebut merupakan hal yang penting, mengingat mereka yang masih anak anak.

Tentunya kegiatan tersebut akan dilaksanakan seusai jam sekolah, sebagai anak-anak faktor kelelahan dan letih akan membuat kondisi mereka semakin tidak siap dalam melaksakan kegiatan ekstra kurikuler. Kegiatan itu juga akan memangkas waktu istirahat dan bermain mereka yang bisa berpengaruh terhadap kondisi psikis. Kegiatan ekstra kurikuler diadakan untuk lebih memperkokoh kecakapan siswa kaitannya dengan kemampuan siswa yang lebih bersifat nonakademis. Mengingat siswa-siswi sekolah dasar merupakan jenjang dasar yang akan dilanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama, perlukah kegiatan ektra kurikuler tersebut dilaksanakan.

Guru dan tenaga pengajar merupakan peranan vital dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah dasar, dalam menentukan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mengembangkan kemampuan dasar para siswa, hendaknya memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan tersebut, serta tujuan yang akan dicapai.