Minggu, 24 Januari 2010

IP mu Dari mana ???


Sebagai seorang mahasiswa, belajar adalah pekerjaan wajib yang harus kita lakukan. Setuju dengan pendapatku?. Melakukan suatu aktifitas yang tentunya berkepentingan dengan sesuatu yang biasa kita sebut IP/IPK adalah target yang tidak akan pernah terabaikan, IP/IPK merupakan satu-satunya parameter yang kita dapatkan sebagai hasil laporan satu semester terakhir (IP) atau hasil semester komulatif (IPK). Lalu pertanyaanya, apakah sebagai mahasiswa kita memilki suatu usaha memaksimalkan IP?, pertanyaan yang mudah, bukan. Kita semua pasti akan menjawab ; YA. Lalu apa? Maksud saya apa hanya IP saja? Apakah IP tinggi merupakan satu-satunya hal terpenting kita kuliyah. Terkadang saya benci mendengar seseorang berkata “allhamdulillah IP ku 3.2”, saya tidak masalah dan respect seandainya memang dengan jelas bisa saya katakan bahwa He/She adalah mahasiswa yang memiliki tingkat intelektual yang lumayan dan itu memang yang layak didapatkan oleh mereka, tapi the main problem adalah seseorang yang anda kenal sebagai mahasiswa biasa-biasa saja dan terkesan kurang terlalu peduli dengan kuliyah mendapatkan IP yang lumayan. Akan muncul lagi pertanyaan, dari mana mereka mendapatkan itu? Mencontek saat ujian? Atau apa?.

Sebenarnya nilai yang didapatkan oleh seorang mahasiswa dalam kuliyahnya berbeda dengan mahasiswa lain yang berbeda dosen, karena masing-masing dosen tidak memiliki kesepakatan bersama untuk menetapkan satu parameter yang akan dijadikan sebagai dasar penilaian. Bukan seperti itu, masing-masing dosen memiliki perbedaan dalam memberikan dasar penilaian, misalnya, dari semua aspek penilaian ada dosen yang menitik beratkan pada kehadiran, ada juga yang mengambil poin tertinggi pada pengumpulan tugas, dll.

Jadi seseorang bisa mendapkan nilai baik itu berbeda, bahkan yang lebih aneh, mahasiswa yang kurang berfikir dalam kuliyahnya mendapatkan nilai A hanya karena ada hubungan special antara dosen dan mahasiswa, hei…jangan berfikir sejauh itu, maksudnya, mungkin dosen yang bersangkutan memiliki keakraban tersendiri di luar jam kuliyah dengan mahasiswa, atau ada hubungan saudara atau apalah. Jadi penilaiannya bersifat subjective, apa itu adil? TIDAAK. Setuju !!!, sebaliknya mereka yang merasa bisa dan biasa-biasa saja hanya mengumpat dalam hati, “apa-apaan itu” tapi saat bertemu dengan orang yang saya bicarakan di atas “wah keren bos”, itulah hidup kadang tak adil.

Lalu bagaimana dengan mahasiswa yang biasa-biasa saja dan memiliki hubungan dengan dosen yang juga biasa-biasa saja tapi IP nya tinggi. Ada beberapa kemungkinan terjadinya hal seperti itu. Factor keberuntungan diantaranya, tapi apa seberuntung itu?, baiklah kita abaikan factor keberuntungan itu coz setiap orang punya porsi dai Tuhan sendiri-sendiri. Kita melihat realita saja, sebelum ujian dilaksanakan banyak dari mahasiswa berbondong-bondong mengumpulkan materi kuliyah, wah kirain mau belajar semalaman tapi ternyata mudah saja buat ditebak, di dalam benak mereka tersusun rapi rencana-rencana yang “hebat”, ya maksudku seprti itu, hehehe…..membuat reprint dari materi yang mereka punyai tapi dengan ukuran tulisan dan media yang telah di zoom out menjadi ukuran mini dengan tujuan tentunya biar lebih portable dan efisien. Itulah peluang terbesar mereka untuk memaksimalkan nilai hasil, dengan cara tidak jujur, “emang sekarang masih ada orang jujur, brur….?”. Bisa dikatakan pula “lebih mementingkan hasil(tidak jujur) dari pada proses”. Itulah …..

Cukup sekian dulu…..(“ _“). Chawwwwwwww……………………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar